Blog

  • Membangun Jembatan Keterhubungan

    MENYAMBUT INDONESIA 2012
    Membangun Jembatan Keterhubungan
    Sumber : SINDO, 19 Desember 2011
    Infrastruktur sebagai kerangka penopang pertumbuhan ekonomi nasional tak bisa dimungkiri lagi. Keterbatasan kualitas serta kurangnya ketersediaan infrastruktur yang selalu menjadi alasan keengganan investor kini coba dientaskan dengan fokus pada penyediaan infrastruktur nasional.

    Hal itu ditegaskan pemerintah dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) juga dengan meningkatkan alokasi anggaran,terutama untuk dua kementerian yaitu Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub),dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012.Fokusnya,membangun sarana dan prasarana infrastruktur di Indonesia. Tahun depan dana APBN untuk Kementerian PU mencapai Rp61,182 triliun.

    Sedangkan untuk Kemenhub,pada 2012 akan memperoleh dana APBN sebesar Rp26,809 triliun, meningkat Rp4,595 triliun dibandingkan pada 2011 sebesar Rp22,214 triliun. Menteri PU Djoko Kirmanto mengatakan, untuk 2012 kementeriannya akan memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang telah tertuang dalam MP3EI yang bertujuan untuk menguatkan konektivitas nasional.

    Anggaran Kementerian PU yang terbesar akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Kementerian PU akan memfokuskan pada pembangunan dan rehabilitasi jalan, di mana untuk jalan yang dipreservasi mencapai 36.319 km dan untuk jembatan sepanjang 3.586 km. Lalu, pembangunan jalan baru sepanjang 127 km dan jembatan baru 7.682 km.

    Untuk dukungan jalan tol yang akan terbangun oleh swasta diperkirakan pada 2012 mencapai 158 km, sedangkan jalan tol yang dibangun oleh pemerintah ditargetkan sepanjang 10 km.Kementerian PU juga akan membangun jalan strategis di Lintas Selatan Jawa,wilayah perbatasan dan daerah terpencil yang panjangnya diperkirakan mencapai 292 km. Tujuannya jelas, mendongkrak konektivitas antarwilayah di Tanah Air.

    Dengan begitu, diharapkan strategi pengembangan pasar domestik bisa berjalan. Namun, diakui untuk kebutuhan ini dana yang diperlukan pun cukup signifikan.Karena itu, Kementerian PU akan menawarkan kerja sama dengan swasta melalui skema kerja sama pemerintah-swasta (public private partnership/PPP). Untuk mendongkrak minat swasta, pemerintah pun berupaya memberi dukungan melalui penyelesaian masalah pembebasan tanah yang sangat dibutuhkan oleh investor.

    Masih soal keterhubungan, Menteri Perhubungan EE Mangindaan menjelaskan, kementeriannya pada 2012 memiliki rencana kerja yang mendukung pembangunan koridor ekonomi dalam kerangka MP3EI dan pembangunan infrastruktur yang mampu menciptakan keterhubungan antarwilayah di Indonesia. Karena itu,anggaran terbesar yaitu Rp8,692 triliun akan digunakan oleh Ditjen Perkeretaapian.

    Tak hanya itu, di tahun berikutnya,Kemenhub juga akan membangun bandara internasional baru di sekitar Cikarang-Karawang. Ditunjang infrastruktur yang memadai untuk mendukung sektor transportasi darat, laut, dan udara, bolehlah kita berharap terciptanya pasar domestik yang mandiri.   

  • MP3EI, Gagasan Besar Bermula dari Keresahan

    MENYAMBUT INDONESIA 2012
    MP3EI, Gagasan Besar Bermula dari Keresahan
    Sumber : SINDO, 19 Desember 2011
    Konsep transformasi ekonomi nasional yang dikonversikan melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) bermula dari keresahan hati seorang menteri.

    Adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa yang sulit tidur ketika mendapati gambaran nyata kondisi pembangunan ekonomi Indonesia yang berjalan sangat lamban. Sebagai figur yang cukup lama terlibat secara langsung dalam kabinet, Hatta memiliki mimpi menjadikan Indonesia lebih baik. Dipercaya mengemban jabatan sebagai menteri koordinator bidang perekonomian, pria kelahiran Palembang,18 Desember 1953 ini memiliki tugas menjaga sekaligus mengakselerasi ekonomi nasional.

    Dalam perbincangan dengan SINDO, Hatta mengaku resah dengan pembangunan yang tidak merata.Ketimpangan antarwilayah seolah mendiskreditkan wilayah lain sebagai daerah tertinggal.“ Jujur, saya resah kok pembangunan kita selalu di Jawa. Saya tidak suka kalau (wilayah) timur seakan miskin, sedangkan (wilayah) barat kaya. Pembangunan harus merata,” ujar Hatta.

    Keresahan itulah yang membawa Hatta menelurkan sebuah konsep besar tentang perubahan paradigma pembangunan yang selama ini terkesan terpusat. Dia menginginkan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia merata. Mulailah dia menyusun konsep yang dinamakan MP3EI. Hatta pun menyampaikan gagasannya tersebut kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hanya satu kata yang terucap dari Presiden SBY menanggapi konsep tersebut. “Kembangkan,” kenang Hatta.

    Lampu hijau yang diberikan Presiden semakin mendorong Hatta untuk mewujudkan konsepnya. Sebuah konsep yang diyakini menjadi jalan bagi Indonesia sejajar dengan negara-negara maju. Sejak awal tahun ini, pemerintah disibukkan dengan berbagai rapat koordinasi membahas transformasi ekonomi nasional melalui konsep MP3EI. Hatta menceritakan, awalnya, konsep yang digagasnya bernama Koridor Ekonomi Indonesia.

    Namun, melirik proses dan tujuan akhir dari konsep tersebut, Presiden memberikan nama percepatan dan perluasan.Letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dimanfaatkan oleh Hatta. Pulau-pulau besar di Indonesia ditetapkan sebagai koridor atau pusat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu mendorong pembangunan ekonomi pulau-pulau kecil di sekitarnya. Terciptalah Koridor Sumatera,Koridor Jawa, Koridor Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali-Nusa Tenggara,dan Koridor Papua-Maluku.

    Mantan Menteri Perhubungan ini pun mulai menggunakan strategi pemasaran untuk memperkenalkan konsep yang digagasnya. “Iya muter-muter. Saya lakukan pemaparan berkali-kali di Bogor, Bali, di mana-mana. Konsep dan lain-lain, sampai ke Korea dan negara lain,” katanya. Dia mencoba membuka mata banyak orang dan menunjukkan keseriusan pemerintah agar konsep ini tidak sebatas buku pegangan dan mimpi belaka tanpa realisasi.

    “Saya siapkan MP3EI setahun lebih, tidak mungkin kalau (pemerintah) tidak serius. Saya all out dan Presiden sangat memberi perhatian,” imbuhnya. Enam bulan sejak MP3EI dirilis, Hatta memaparkan capaian capaian atau realisasi yang sudah dilakukan. Tahun 2011, tercatat 91 proyek telah di-groundbreaking di semua koridor ekonomi dengan nilai investasi mencapai Rp461,6 triliun. Dia boleh berbangga hati ketika mendapati kenyataan pembangunan mulai merata.

    Tahun depan, pemerintah menjanjikan ekspansi lebih besar untuk realisasi MP3EI. Hatta memaparkan rencanarencana yang sudah disusunnya bersama tim KP3EI. Di Koridor Sumatera dibangun berbagai proyek senilai Rp33,4 triliun, di Koridor Jawa Rp34,7 triliun. Lalu di Koridor Kalimantan disiapkan investasi Rp134,7 triliun untuk membangun ekonomi wilayah tersebut.

    Untuk Koridor Sulawesi disiapkan investasi sebesar Rp324,2 triliun,Koridor Bali-Nusa Tenggara dijanjikan berbagai proyek senilai Rp41,2 triliun, dan Koridor Papua-Maluku Rp80 triliun. Dengan mengucap “Bismillah”, Hatta optimistis memandang Indonesia yang lebih baik. “Saya bayangkan Indonesia ke depan yang lebih maju dan merata,”ujarnya.   

  • Asia Tetap Memimpin

    MENYAMBUT INDONESIA 2012
    Asia Tetap Memimpin
    Sumber : SINDO, 19 Desember 2011
    Agak susah membuat opini bernada optimistis, setelah beberapa outlook yang dirilis sejumlah lembaga ekonomi dan keuangan ekonomi menjelang akhir tahun ini.

    Tadinya,kita berharap China dan India yang selama ini memimpin pertumbuhan ekonomi dunia bisa menjadi tumpuan. Akan tetapi,harapan itu sedikit memudar ketika proyeksi pertumbuhan Negeri Panda itu tiba-tiba diturunkan dibandingkan perkiraan sebelumnya.Pemicunya, gejolak ekonomi global terutama akibat krisis utang zona euro dan Amerika Serikat (AS) yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

    Proyeksi terkini dikeluarkan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menyatakan pertumbuhan ekonomi China tahun depan diprediksi hanya 8,8%,lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya 9,1%. Penurunan proyeksi juga dikeluarkan oleh Nomura–– salah satu perusahaan keuangan yang beroperasi di China,yang memprediksi ekspansi ekonomi China pada 2012 tidak akan lebih dari 7,9%,turun dari estimasi sebelumnya 9,2%.

    Dalam catatan risetnya, Nomura berpendapat kinerja ekonomi China yang melambat memang di luar tradisi dalam satu dekade terakhir.Berbeda dengan pascakrisis 2008 di mana pertumbuhan ekonominya disokong besarnya pasar domestik, pertumbuhan China tahun depan akan tertekan karena permintaan ekspor bakal melemahnya akibat turunnya permintaan Eropa dan AS.

    “Kami memperkirakan akan ada tekanan dari sisi ekspor bersih China karena permintaan domestik juga turut melemah,”kata Nomura, seperti dikutip CNBC. Pelemahan pasar domestik China sangat mungkin terjadi karena sebelumnya pemerintah Negeri Panda itu begitu ketat mengeram likuiditas akibat tingginya inflasi.Bersama Bank Sentral (People Bank of China/PBOC) pemerintah bersama-sama mengerem aliran dana dari perbankan ke masyarakat melalui berbagai instrumen, di antaranya membatasi kepemilikan properti dengan menaikkan syarat uang muka kepada calon pembeli, menaikkan suku bunga pinjaman,dan menaikkan rasio cadangan perbankan.

    Ketiga langkah tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya gelembung ekonomi akibat kenaikan harga properti dan bahan makanan,meski akhirnya berdampak pada melemahnya aktivitas perekonomian. “Pasar perumahan telah mencapai level tertinggi dalam 18 bulan.Harga rumah sekarang mulai melambat, tapi penjualan juga melemah,”tulis Nomura. Selain masalah pengetatan likuiditas, ada kekhawatiran lain dari risiko perlambatan ekonomi China.

    Kepala Ekonom Swiss Re untuk Kawasan Asia Clarence Wong menambahkan,ada faktor lain yang berisiko dalam pertumbuhan ekonomi China, yakni akselerasi laju inflasi, potensi gagal bayar utang pemerintah daerah yang saat ini mencapai USD1,56 triliun, dan meledaknya gelembung properti. Kekuatan ekonomi Asia lainnya, India, kemungkinan juga akan mengalami nasib sama dalam hal pertumbuhan ekonominya. Seperti China, ekspansi pertumbuhan ekonomi India diprediksi melemah menjadi hanya 6,5% dari posisi saat ini sekitar 7%.

    Menurut Moody’s Analitycs,revisi tersebut didasarkan pada tren pertumbuhan pada kuartal II/2011 yang hanya 6,9%. Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi India tahun fiskal 2010-2011 mencapai 8,6%.Melemahnya perekonomian India disebabkan tergelincirnya aktivitas industri, terutama infrastruktur yang hanya tumbuh 0,1% pada Oktober lalu, terendah dalam lima tahun terakhir.

    “Ekonomi India ke depan dibebani tingginya suku bunga komersial akibat tekanan inflasi yang masih di atas 9%.Ini sudah terjadi sejak Desember tahun lalu,” kata Moody’s dalam catatannya. Tekanan inflasi terhadap perekonomian India telah mendorong RBI menjadi bank sentral paling agresif, dibandingkan otoritas moneter lainnya dengan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 13 kali sejak Maret 2010.

    Total sudah 130 basis poin suku bunga komersial India dinaikkan,dengan harapan bisa lebih mengendalikan harga. Melihat data pertumbuhan dari dua negara dengan perekonomian terbesar di Asia di atas, bisa diterima jika dampak krisis Eropa dan AS memang sudah berimbas ke Benua Kuning.Meski melambat, jika dibandingkan dengan wilayah lain seperti Eropa dan Amerika Serikat yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi dunia,Asia masih tetap lebih baik.

    Lihat saja angka pertumbuhan ratarata yang dirilis ADB pekan lalu. Menurut ADB,tahun depan pertumbuhan ekonomi Asia Timur termasuk China bakal tumbuh 7,2%, turun dibandingkan proyeksi sebelumnya 7,5%. Meski diturunkan, angka tersebut tetap jauh lebih tinggi dibandingkan Eropa dan AS. Berdasarkan laporan outlook Komisi Eropa beberapa waktu lalu, pertumbuhan ekonomi di Uni Eropa dan AS rata-rata hanya diperkirakan tumbuh 1,9% dan 2,7%.

    Dengan data ini, jelas peluang pertumbuhan ekonomi tetap ada di Asia.Hal ini diperkuat sejumlah lembaga internasional ataupun perusahaan-perusahaan keuangan yang menyebutkan AS dan Eropa masih akan melambat, tidak seperti Asia yang akan tetap menjadi motor pertumbuhan ekonomi global.   

  • Menanti Gubernur Ideal

    MENYAMBUT INDONESIA 2012
    Menanti Gubernur Ideal
    Sumber : SINDO, 19 Desember 2011
    Publik Jakarta menginginkan figur yang tegas dan berani untuk memimpin Ibu Kota. Figur yang memiliki dua karakter tersebut diyakini mampu menyelesaikan persoalan Jakarta,terutama macet dan banjir.

    Hasil survei dari Cyrus Network bersama Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia pada 24 November – 1 Desember 2011, terungkap bahwa publik menginginkan figur tegas, komitmen dan integritas moral. Hasil survei dari Median Survei Nasional dan The Future Institute pada 19- 25 September 2011 pun menempatkan sikap tegas dan berani pada posisi teratas ekspektasi publik.

    Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengatakan, saat ini partai sebagai kendaraan bakal calon gubernur hanya melihat sisi popularitas dan elektabilitas seorang calon. “Padahal, dari hasil survei ternyata publik menginginkan figur yang memiliki integritas, ketegasan, serta komitmen bukan sekadar populer,” ujar Hamdi. Sedangkan Direktur Eksekutif Median Survei Nasional Rico Marbun menyatakan, warga Jakarta sudah semakin rasional dalam menentukan pilihan.

    Karena itu, figur yang berani dan tegas dalam membuat program berpeluang besar pada Pilkada 2012. Terlebih sejauh ini masyarakat sudah dapat melihat dan menilai siapa yang seharusnya dipilih.“ Lebih baik orang-orang yang mempunyai kecerdasan intelektual, kedisiplinan, keberanian, daripada figur yang lembek,” tekan Rico. Adapun pengamat politik dari LIPI Ikrar Nusa Bakti berpendapat, pemimpin yang ideal adalah memiliki power to lead.

    Artinya,seorang pemimpin harus memiliki kekuasaan untuk menjalankan apa yang ada di dalam kepalanya. “Saat ini saya yakin Fauzi Bowo sudah memiliki solusi untuk permasalahan di Jakarta. Tapi yang jadi pertanyaan adalah apakah dia benar-benar memiliki kekuasaan atau tidak,” ujarnya. Para petinggi partai politik pun setuju bahwa Jakarta butuh pemimpin yang tegas dan berani.

    Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy mengatakan, tantangan Gubernur DKI Jakarta berbeda dengan gubernur di provinsi lain. Menurut dia, Jakarta memiliki kompleksitas persoalan yang membutuhkan langkah-langkah radikal untuk menyelesaikannya. PPP tak mempersoalkan latar belakang figur, bisa dari militer atau sipil.“ Tanpa langkah radikal dan terobosan yang inovatif, sulit untuk menyelesaikan persoalan di Jakarta,”katanya.

    Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengungkapkan, keberlangsungan Pemerintah DKI Jakarta saat ini masih jauh dari gambaran yang mencerminkan Jakarta sebagai ibu kota. Selain masalah yang cukup kompleks mulai dari kemacetan, krisis air, hingga ancaman banjir, masalah pluralisme . “Untuk itu, ke depan dibutuhkan pemimpin yang tegas yang tidak mau berkompromi dengan siapa pun yang mengorbankan kepentingan rakyat,” tekannya.

    Kendaraan Politik

    Untuk ikut bertarung dalam Pilkada DKI 2012, ada dua cara yang bisa ditempuh. Melalui jalur partai politik (parpol) atau gabungan parpol dan independen. Jika menggunakan kendaraan parpol atau gabungan parpol, sekurang-kurangnya parpol pengusung itu memiliki 15% kursi DPRD atau 15% perolehan suara hasil Pemilu 2009. Jika melalui jalur independen,pasangan calon harus mendapat dukungan 4% dari jumlah penduduk DKI Jakarta.

    Karena jumlah kursi DPRD DKI Jakarta sebanyak 94 kursi,syarat 15% setara dengan 14,1 kursi. Adapun komposisi kursi DPRD DKI Jakarta, yakni Partai Demokrat 32 kursi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 18 kursi, PDIP 11 kursi, Partai Golkar 7 kursi, PPP 7 kursi, Partai Gerindra 6 kursi, Partai Amanat Nasional (PAN) 4 kursi, Partai Damai Sejahtera (PDS) 4 kursi,Partai Hanura 4 kursi, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 1 kursi.

    Dengan komposisi tersebut,hanya Partai Demokrat dan PKS yang bisa mengajukan pasangan calon.Parpol lainnya harus berkoalisi. Untuk memenangi pertarungan,para calon harus selektif memilih kendaraan politik. Sebab,jika belajar dari sejumlah kasus pilkada, justru mesin politik parpol tidak efektif karena ada pertentangan internal. Sejauh ini belum ada cagub-cawagub definitif.

    Partai Demokrat sebagai pemenang Pemilu 2009 belum juga menentukan kandidatnya. Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli yang sudah diputuskan dalam Musda, masih menunggu keputusan Majelis Tinggi.Dia harus berebut tiket dengan incumbent Fauzi Bowo yang juga anggota Dewan Pembina Partai Demokrat. Sementara, PKS sebagai pemenang kedua di DKI Jakarta, hampir pasti mengusung Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana.

    PKS memastikan akan berkoalisi dalam menghadapi pilkada mendatang.Berbeda dengan Pilkada 2007,PKS dikeroyok oleh parpol lain. Hasilnya pasangan Adang Darajatun-Dani Anwar hanya memperoleh 1.535.555 suara atau 42,13%.Fauzi Bowo – Prijanto yang diusung oleh koalisi 19 partai politik memperoleh 2.109.551 suara atau 57.87%. PPP,Partai Hanura, Partai Gerindra dan PDS belum menentukan calon setelah Djan Faridz yang mereka dukung diangkat menjadi Menteri Perumahan Rakyat (Menpera).

    Demikian pula koalisi parpol nonparlemen yang mendukung Djan Faridz harus putar haluan. Adapun Partai Golkar masih melakukan konvensi internal yang diikuti tiga calon, yakni Ketua DPD I DKI Prya Ramadhani, anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya, dan Wakil Ketua Komisi III M Azis Syamsudin.

    Sementara Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto,yang belum memiliki kendaraan politik, terus menjajaki komunikasi dengan anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya untuk kemungkinan berpasangan. Sejauh ini,kedua tokoh tersebut sudah bertemu dua kali untuk membicarakan kemungkinan menantang Fauzi Bowo. PDIP sedang menyeleksi 16 tokoh yang mendaftar sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

    Meski pendaftaran sudah ditutup, PDIP masih membuka peluang bagi tokoh-tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi. Sementara, beberapa nama yang telah menjalin komunikasi politik dengan DPW PAN DKI antara lain Hasnaeni, Tantowi Yahya, Nono Sampono, Prijanto, Nachrowi Ramli, Fauzi Bowo, dan Lulung Lunggana. Figur dari internal di antaranya, Andi Anshar dan Wanda Hamidah.  

      
  • Quo Vadis Pembangunan Manusia Indonesia?

    Quo Vadis Pembangunan Manusia Indonesia?
    Ivan A. Hadar, KOORDINATOR TARGET MDGS 2007-2010
    Sumber : SINDO, 19 Desember 2011
    Dalam publikasi terbarunya, UNDP mencatat terjadinya penurunan drastis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dari peringkat ke- 108 pada 2010 menjadi ke-124 pada tahun ini.

    Namun, baiknya kita membacanya dengan hati-hati dan mempertimbangkan dua hal berikut ini. Pertama, untuk tahun ini jumlah negara yang dinilai oleh UNDP bertambah menjadi 187,sedangkan tahun lalu 169. Kedua,sejak 2010, pengukuran IPM telah menggunakan kriteria yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan menggunakan kriteria baru ini, posisi Indonesia sebenarnya mengalami perbaikan satu tingkat dibandingkan tahun lalu.

    Meskipun demikian, menimbang potensi negeri yang sangat kaya sumber daya alam serta memiliki pasar yang luas ini,kita berharap terjadi peningkatan yang jauh lebih cepat. Pertimbangannya, posisi Indonesia saat ini dengan nilai IPM 0,6170 masih berada dalam kategori negaranegara berperingkat menengah bawah dengan nilai rata-rata dunia sebesar 0,682. Adalah benar bahwa dalam waktu tiga dasawarsa terakhir, nilai IPM Indonesia meningkat dari 0,423 menjadi 0,6170.

    Sebuah peningkatan rata-rata sebesar 1,19% per tahun. Sementara dalam kurun waktu tersebut,angka harapan hidup juga meningkat sekitar 20%.Begitu pula dengan gross national income(GNI) per kapita yang meningkat hampir dua kali lipat. Namun,penilaian jangka panjang tersebut ketika diperbandingkan dengan negara-negara tetangga atau secara regional memperlihatkan lambannya peningkatan peringkat kita.

    Pada 1980, untuk kawasan Asia dan Pasifik, Indonesia bersama China, Malaysia, Thailand, dan Filipina memiliki nilai IPM yang hampir sama. Kini, negara-negara tersebut telah mengalami perkembangan yang berbeda. Posisi Indonesia saat ini berada di bawah beberapa negara ASEAN seperti Singapura dan Malaysia yang berperingkat tinggi,sementara Thailand (103) dan Filipina (112) berada pada posisi menengah atas.

    Adapun Vietnam dan beberapa negara ASEAN lainnya seperti Myanmar, Laos, Kamboja masih berada di bawah Indonesia. Tanpa ada perubahan kebijakan yang signifikan, terutama mengenai upaya pemberantasan kemiskinan yang menjadi penyebab utama rendahnya pendidikan dan kesehatan serta berimplikasi pada rendahnya peringkat IPM kita,Indonesia dicemaskan akan “berjalan di tempat”untuk kemudian dalam waktu dekat tersusul, paling tidak oleh Vietnam.

    Kebijakan Pro-Orang Miskin

    Dengan menggunakan ukuran nasional,yaitu mereka yang dianggap miskin karena asupannya di bawah 2.100 kkal serta penghasilannya di bawah 1,25 dolar AS per hari dan beberapa kriteria nonmakanan,jumlah orang miskin di Indonesia sejak 2007 mengalami penurunan.Per Maret 2007 turun 2,13 juta, dari 39,30 juta orang (17,75%) menjadi 37,17 juta orang (16,58%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Lalu, turun lagi menjadi 14,15% atau sekitar (BPS,Siaran Pers Juli 2009).

    Terakhir turun menjadi 12,4% atau sekitar 30,02 juta orang (PS,Juli 2011). Meski angkanya masih tinggi, sejumlah pengamat meragukan hasil survei tersebut karena memprediksi jumlah yang lebih tinggi. Terlepas dari kontroversi tersebut, diperlukan berbagai pendekatan untuk menjelaskan penyebab kemiskinan yang tergolong tinggi tersebut serta proses pemiskinan yang masih saja berlanjut.

    Bagi Amartya Sen (1981), seseorang disebut miskin karena tidak memiliki akses (entitlement) untuk memenuhi kebutuhannya.Akses yang menjadi hak setiap orang itu ditentukan oleh “nilai”diri yang dimilikinya.Bagi kebanyakan orang, nilai yang dimiliki sebatas tenaga kerja.Karena itu,kemiskinan dan kelaparan tidak bisa diatasi dengan sekadar memperbesar produksi. Orang miskin harus punya pekerjaan yang memberinya penghasilan.

    Terdapat kesepakatan luas bahwa jika pemberantasan kemiskinan adalah motif utama kebijakan pembangunan, pengadaan dan peningkatan penghasilan orang miskin adalah tujuan terpenting semua kegiatan. Namun, asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi adalah resep terbaik pemberantasan kemiskinan karena akan menyerap tenaga kerja perlu dikritisi. Karena, kenyataan empiris menunjukkan hal berbeda. Penyebabnya, terutama akibat maraknya cara berproduksi industrial yang padat modal dan hemat tenaga kerja.

    Berseberangan dengan asumsi tersebut adalah keyakinan bahwa orang miskin harus dibantu memperoleh penghasilan.Usaha kecil diyakini sebagai pendukung utama perekonomian rakyat meski biasanya dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Tampaknya, meski tidak ada resep instant dan dipastikan manjur,beberapa hal berikut ini harus menjadi pegangan dalam kebijakan pemberantasan kemiskinan. Pertama,manusia, kesejahteraan, dan pengamanan masa depannya harus selalu menjadi fokus utama kebijakan pembangunan.

    Bukan pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, kemampuan bersaing ataupun integrasi ke dalam pasar dunia. Kedua,lewat kebijakan dan regulasi,kesempatan yang sama harus diberikan dalam persaingan antara usaha kecil dengan usaha menengah besar padat modal maupun antarusaha kecil itu sendiri. Ketiga, pemberantasan kemiskinan lewat pengadaan lapangan kerja harus memperhatikan tingkat pengembangan industri dan integrasi sebuah negara dalam pasar dunia.

    Negara yang tingkat pertumbuhan industrinya belum terlalu maju sementara sektor informalnya masih dominan seperti halnya Indonesia, perlu mempertimbangkan strategi yang pas. Keempat, pemetaan masalah dan potensi sebuah negara serta akseptansi strategi pembangunan yang spesifik hanya akan bisa diterima luas bila hal tersebut dilakukan dengan melibatkan semua pihak terkait, termasuk orang miskin.

    Kelima, negara berkembang dengan potensi pasar luas seperti halnya Indonesia sering kali akan ditekan oleh lembaga multilateral (terutama WTO, IMF, dan Bank Dunia) serta negara adidaya (khususnya AS, China) untuk membuka pasarnya dan menghilangkan subsidi. Bila hal ini dituruti,paling tidak secara jangka pendek, berdampak anjloknya tingkat upah dan meningkatnya PHK yang berarti meningkatnya jumlah orang miskin.  

  • Tantangan Peran Global Indonesia

    MENYAMBUT INDONESIA 2012
    Tantangan Peran Global Indonesia
    Sumber : SINDO, 19 Desember 2011
    Tahun 2012 akan menjadi masa yang berat bagi Indonesia. Banyak tantangan yang harus dihadapi di tingkat regional dan internasional, di dalam negeri pun masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.

    Di level regional, kiprah Indonesia di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 2012 akan semakin kurang dominan karena sudah tidak menjadi ketua. Pada 2012 posisi ketua ASEAN dipegang Kamboja. Padahal pada tahun itu kondisi geopolitik regional dan global sedang mengalami perubahan yang sangat cepat dan signifikan.

    Penempatan 2.500 marinir Amerika Serikat (AS) di Australia akan semakin memperkeruh stabilitas regional ASEAN. Ditambah lagi dengan semakin memanasnya konflik di Laut China Selatan. Di sisi lain, ASEAN sedang berkutat dengan berbagai masalah internal masing-masing anggota yang belum terselesaikan. Lantas bagaimana dengan kiprah Indonesia pada 2012? ”Sebetulnya diplomasi kita pada 2012 akan jauh lebih sulit dan lebih keras.

    Banyak tantangan yang dihadapi dalam hubungan bilateral dan multilateral.Pekerjaan rumah kita dengan negara tetangga masih banyak yang belum diselesaikan,misalnya dengan Malaysia,Singapura,Timor Leste,bahkan Papua Nugini,” ujar Profesor Anak Agung Banyu Perwita, Ketua Jurusan Hubungan Internasional, President University,kepada SINDO.

    Menurut Profesor Banyu, banyak masalah domestik Indonesia yang belum selesai, antara lain di Papua, mekanisme koordinasi Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan yang belum beres,serta masalah perbatasan dengan negara-negara tetangga.”Di tahun depan kita masih disibukkan oleh berbagai masalah di tingkat domestik. Sementara ada penempatan 2.500 marinir AS di Australia. Penempatan marinir AS itu berpengaruh besar dalam perubahan geopolitik kawasan,” tuturnya.

    Tantangan semakin berat bagi ASEAN karena organisasi regional ini mencoba menggelindingkan rencana Bali Concord 3 tahun depan, dengan keanggotaan Timor Leste,serta ambisi pembentukan komunitas ekonomi, politik,d an keamanan kawasan. Pertanyaan besar lainnya adalah apakah Kamboja mampu berperan maksimal sebagai ketua ASEAN pada 2012?

    ”Kamboja akan mengalami kesulitan dalam pola interaksi negara-negara besar di ASEAN. Kita ingin mendorong ASEAN Community, dan komunitas politik dan keamanan, serta menyelesaikan banyak masalah perbatasan di ASEAN. Padahal Kamboja berkonflik perbatasan dengan Thailand. Apalagi China juga memberikan respons terhadap penempatan marinir AS di Australia,” ungkap Profesor Banyu.

    Banyu memperkirakan masa yang muram bagi ASEAN pada 2012.” Di bawah kepemimpinan Kamboja, ASEAN akan stagnan dan lebih banyak menghadapi masalah internal, ”katanya. Dengan semakin menguatnya pengaruh China di Asia Tenggara, Profesor Banyu melihat kemungkinan Kamboja akan lebih mengandalkan Beijing sebagai pengimbang AS.

    ”Selain itu ada perkembangan hubungan Myanmar dan AS. China tak akan tinggal diam dengan menguatnya pengaruh AS di Myanmar.China akan lebih menguatkan pengaruhnya di ASEAN,” ungkapnya. Di tengah kompleksitas permasalahan domestik, regional, dan global, lantas bagaimana kiprah Indonesia dalam berbagai organisasi multilateral seperti G20 dan APEC pada 2012?

    ”Tahun depan tak banyak yang bisa diharapkan dari kiprah Indonesia di dunia global,” papar Banyu, ”saya tak terlalu berharap Indonesia dapat memerankan peran lebih baik. Masih banyak pekerjaan rumah di dalam negeri yang harus diselesaikan. Indonesia di G-20 atau organisasi multilateral lain akan lebih banyak menerapkan diplomasi megafon, yakni diplomasi yang formal dan tidak terlalu banyak mempengaruhi arah kebijakan.”

    Namun,di tengah ketidakpastian dalam konflik di Laut China Selatan Profesor Banyu melihat perkembangan baik dengan adanya kesepakatan yang tercapai dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur di Bali tahun 2011.” Kita sudah cukup maju, saat ini ada Code of Conduct, meski secara implementasi saya tak melihat terlalu jauh. Terkait apakah China akan mematuhinya, penerapannya ditentukan apakah kepentingan China tak terganggu,” kata Profesor Banyu yang juga mengajar di Universitas Pertahanan Indonesia.

    Profesor Banyu memperingatkan agar Indonesia lebih waspada dengan langkah-langkah militer AS di Asia. ”Penempatan marinir AS di Darwin, Australia, akan membuat China lebih agresif. China akan tetap menggunakan kekuatan softpowerdan kekuatan militernya. Juru Bicara Pemerintah China sudah mengatakan bahwa penempatan marinir AS di Darwin menunjukkan mentalitas perang dingin yang dicirikan dengan unjuk kekuatan militer,” tuturnya.

    Indonesia merupakan negara kaya dengan sumber daya alam,namun yang menikmatinya justru negaranegara asing. Padahal jika semua potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya dimanfaatkan secara maksimal,itu akan menjadi kekuatan besar bagi Indonesia. Menurut Banyu, Indonesia memiliki kekuatan yang belum dimainkan dalam diplomasi multilateral.” Kita memiliki kekuatan ekonomi yang baik.Krisis Eropa yang sedang terjadi dampaknya tidak terasa di negara kita.

    Bahkan tanda-tanda krisis itu pun belum muncul di sini. Selain itu,Indonesia memiliki posisi strategis,” katanya. Posisi strategis yang dapat dimainkan Indonesia adalah dengan memanfaatkan perebutan pengaruh yang sedang terjadi di Asia, antara AS dan China. Ketegangan yang terjadi antara kedua pihak itu seharusnya dapat dimanfaatkan bagi tujuan strategis Indonesia.

    Sayangnya,Indonesia terkesan tidak memiliki daya tawar dalam menghadapi berbagai manuver negaranegara besar di Asia.Misalnya saja terkait rencana penempatan 2.500 marinir AS di Australia pada 2012.” Saya khawatir kita mengiyakan kehadiran pasukan AS di Australia.Pemimpin kita tidak melakukan apa-apa dengan rencana penempatan pasukan AS tersebut. Kita sangat tidak konsisten dalam menerapkan politik bebas aktif di kawasan,” sesalnya.

    Tak ada pilihan lain, pemimpin Indonesia harus bertindak cepat dengan mengamankan kepentingan nasional.Keberadaan marinir AS di Australia dapat dilihat sebagai shockdan pressure nyata di Asia Tenggara. Meskipun Washington berdalih penempatan pasukan itu untuk kerja sama dalam penanganan bencana. Namun,motif lain dari keberadaan pasukan asing dalam jumlah besar itu sudah jelas dapat terbaca.

    Keberadaan ribuan anggota pasukan marinir AS itu tampaknya memiliki pengaruh atas semakin beraninya Gerakan Papua Merdeka memublikasikan aksi-aksi mereka. Pemimpin kita juga terkesan kurang tegas dalam menindak Gerakan Papua Merdeka karena seakan ada intervensi asing yang menghalangi. ”Kita harus melindungi kepentingan nasional dalam diplomasi-diplomasi kita.

    Caranya antara lain dengan modernisasi alutsista, perubahan kebijakan militer, prioritas penempatan pasukan di wilayah timur Indonesia,dan penguatan pangkalan militer di Natuna, Manado,dan Makassar,” papar Profesor Banyu, ”dalam kebijakan luar negeri,kita harus melakukan pendekatan ke China, Filipina ,Australia, dan Papua Nugini.” Posisi strategis Indonesia seharusnya dapat dimaksimalkan dengan menjalin berbagai kerja sama dengan negara-negara lain.

    ”Indonesia juga perlu menjajaki kerja sama dengan Rusia, sebagai pengimbang AS. Kita bangun hubungan strategis antara Indonesia dan Rusia, serta Indonesia dan China, ” ungkapnya. Rusia dan China dianggap dapat memainkan peran pengimbang bagi berbagai manuver AS di Asia Tenggara. Rusia yang mumpuni dalam bidang persenjataan dan China yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, dapat dimanfaatkan untuk membantu Indonesia membangun ekonomi dan kekuatan militernya.

    Jika ekonomi dan militer yang kuat itu ditambah dengan kematangan bangsa dalam berdemokrasi,ketiga hal ini menjadi kekuatan Indonesia dalam diplomasi global. Tanpa tiga pilar itu, kita hanya akan menjalankan diplomasi megafon, entuk diplomasi yang formal, lemah, dan tak banyak diperhitungkan negara lain.  

      
  • Mencontoh Semangat Sabar Gorky-Nelson Tansu

    MENYAMBUT INDONESIA 2012
    Mencontoh Semangat Sabar Gorky-Nelson Tansu
    Sumber : SINDO, 19 Desember 2011
    Ditengah berbagai persoalan kebangsaan yang belum terselesaikan,ada secercah optimisme yang dibawa kaum muda. Mereka adalah juara,mereka memberikan contoh,dan mereka meraih kebanggaan dalam usia yang masih muda.

    Munculnya tokoh-tokoh muda berprestasi di berbagai bidang turut memberikan angin segar di tengah karutmarut yang terjadi di negeri ini.Ternyata,di luar masalah korupsi atau masalah kesejahteraan yang hingga kini belum terselesaikan,ada hal-hal lain yang bisa membawa Indonesia pada sebuah pencerahan. Kita bangga kepada anakanak muda yang meraih medali emas Olimpiade Sains Internasional.

    Kita juga bangga kepada para olahragawan muda kebanggaan nasional seperti petinju Chris John,32,atau pembalap GP3 Series Rio Haryanto,18,yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Mereka bagai oase di tengah-tengah kondisi masyarakat yang merasa kering atas kebanggaan sebagai sebuah bangsa.

    Salah satunya adalah Sabar Gorky yang berhasil menembus puncak Gunung Elbrus di Rusia dan menaklukkan puncak Gunung Kilimanjaro di Tanzania hanya dengan satu kaki! Mungkin tidak ada yang menyangka, seorang penyandang difabel (different ability) mampu mendaki sampai puncak gunung di tengah dinginnya suhu di bawah nol derajat. Namun,Gorky mampu membuktikannya.

    Gunung Elbrus adalah satu dari 7 puncak gunung tertinggi di dunia (Seven Summit) dan merupakan puncak tertinggi di Eropa.Bertepatan dengan HUT RI ke-66 yang lalu,pria 43 tahun itu berhasil menancapkan Merah Putih di puncak gunung berketinggian 5.642 mdpl tersebut. Pria kelahiran 9 September 1968 yang menggeluti dunia petualangan sejak 1985 ini tiba di puncak Elbrus yang saat itu bersuhu minus 15 derajat Celsius.

    Kang Sabar,sapaan Sabar Gorky,yang kehilangan kaki kanan akibat kecelakaan kereta api pada 1996 itu disebut-sebut menjadi tunadaksa pertama yang berhasil menapak di puncak Elbrus.Namanya pun disejajarkan dengan pendaki legendaris Elbrus lain seperti dua pendaki berkaki lumpuh, Vladimir Krupennikov (1997) dan Yakov London dari Rusia (2001),termasuk “si buta” Erik Weihenmayer dari Amerika Serikat (2002) yang juga menjadi orang buta pertama yang sukses menggapai puncak tertinggi di dunia, Everest pada 25 Mei 2001.

    Perjalanan Sabar bersama tim tidaklah mudah.Sehari sebelum mencapai puncak,dia bersama tim harus menghadapi badai salju.Kondisi ini membuat stamina Sabar terkuras. Beberapa kali dia terjatuh dan terus berusaha meraih tongkatnya yang terlepas. Pantang menyerah.Itulah prinsip yang dipegang Sabar untuk terus melangkahkan kakinya.Karena kegigihan itu pula dia berhasil mencapai puncak Elbrus.

    Karena kegigihannya mencapai puncak Elbrus, Sabar pun mendapat nama Gorky di belakang namanya. Dalam sejarah Rusia,Gorky berarti pahit atau perjalanan hidup yang berliku.Nama ini terinspirasi dari pujangga Alexey Maximovich Peshkov yang mendapat panggilan baru Maxim Gorky alias “Maxim yang hidupnya pahit”.

    Tak hanya sukses menggapai puncak gunung Elbrus, Sabar pun berhasil menapakkan kaki di Gunung Kilimanjaro,Tanzania,pada 13 November 2011.Lagi-lagi, Sabar disebut-sebut menjadi tunadaksa pertama yang menginjakkan kaki di puncak tertinggi di Afrika (5.895 m dpl) tanpa bantuan orang lain. Kisah anak-anak muda Indonesia lainnya turut memberikan warna cerah terhadap bangsa ini.Misalnya kegemilangan Nelson Tansu.

    Pria kelahiran Medan ini membawa harum nama Indonesia karena prestasinya di bidang akademis. Dia berhasil mendapatkan gelar doktor di Universitas Lehigh,Amerika Serikat,dalam usia yang masih sangat muda,yakni 25 tahun. Pada usia 32 tahun,dia diangkat sebagai profesor. Kini,sepak terjang profesor muda itu semakin gencar.Berbagai karya ilmiahnya banyak dipublikasikan jurnal-jurnal internasional.

    Tiga temuannya di bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor laserspun mendapat 11 penghargaan. Temuannya tersebut mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Inspiratif karena Nelson tidak meraih prestasinya dengan mudah,melainkan melalui kerja keras memperoleh beasiswa. Semasa kecil dia sangat terinspirasi kedua orang tuanya.

    Terutama ayahnya yang seorang pekerja keras. Sang ayah mengajari pentingnya memiliki dedikasi tinggi, fokus, komitmen, kerja keras, dan ketekunan untuk mewujudkan cita-cita. Pelajaran berharga itulah yang akhirnya membawa Nelson Tansu sukses menggapai cita-citanya di AS. Nelson adalah salah satu profesor termuda di negeri adidaya itu.

    “Ibu adalah orang yang mengajari saya nilai kejujuran, keluarga, moralitas, dan kesabaran dalam menjalani hidup,” ujar Nelson seperti dilansir forwardunder40.com. Sebagai anak muda yang tumbuh di Indonesia,pria kelahiran Medan,Sumatera Utara,20 Oktober 1977 ini sejak kecil bercita-cita menjadi profesor bidang sains dan rekayasa (engineering). Putra pasangan Iskandar Tansu dan Auw Lie Min itu pun mampu mewujudkannya.

    Lulusan terbaik SMA Sutomo 1 Medan yang pernah menjadi finalis tim Indonesia di Olimpiade Fisika itu mengawali jalan untuk meraih mimpi ketika berusia 17 tahun. Dia diterima sebagai mahasiswa di Universitas Wisconsin, Madison, AS. Hanya dalam waktu 2 tahun 9 bulan dia meraih gelar sarjana pada bidang matematika aplikasi (applied mathematics, electrical engineering and physics/AMEP) dengan predikat summa cum laude.

    Kemudian Nelson meraih gelar master pada bidang yang sama dan meraih gelar doktor (PhD) di bidang electrical engineering pada usia 26 tahun. Orang tuanya hanya membiayai hingga sarjana (strata-1) saja.Selebihnya, dia dapat dari beasiswa hingga meraih gelar doktor. Sejak mahasiswa Nelson bekerja dengan beberapa kelompok penelitian. Berbagai pengalaman inilah yang menuntun dia menggarap penelitian tugas doktoral dengan Profesor Luke J Mawst.

    Tesis doktoralnya mendapat penghargaan sebagai The 2003 Harold A Peterson Best ECE Research Paper Award, mengalahkan 300 tesis doktoral lain. Saat ini Nelson menjadi visiting professor di 18 perguruan tinggi dan institusi riset. Dia juga aktif diundang sebagai pembicara di berbagai event internasional di AS, Kanada, Eropa, dan Asia.

    Indonesia layak bangga atas kesuksesan Nelson yang didapat dengan komitmen tinggi dan bekerja keras. Menurut suami Adela Gozali ini,kunci suksesnya adalah kecerdasan,kerja keras,dan ketekunan. Sedikit contoh kecil di atas membuktikan Indonesia masih boleh optimistis untuk menjadi bangsa yang besar.  (wiendy hapsari/ esti setiyowati/ yani andriansyah)

      
  • Saatnya yang Muda Memimpin

    MENYAMBUT INDONESIA 2012
    Saatnya yang Muda Memimpin
    Sumber : SINDO, 19 Desember 2011
    Hasil survei calon presiden belakangan ini yang menyatakan politik 2014 masih didominasi wajah lama seolah membenarkan bahwa dunia politik Indonesia tidak mengenal regenerasi.

    Sebetulnya ada banyak politisi muda yang kini namanya sedang bersinar berpotensi memimpin bangsa ke depan. Misalnya Anas Urbaningrum yang berhasil terpilih sebagai ketua umum partai terbesar di Indonesia.Kemudian ada Puan Maharani,cucufounding fatherSoekarno,dari PDIP. Namun,elektabilitas mereka masih tenggelam dibandingkan politisi lain. Regenerasi politik sudah terjadi di dunia legislatif.

    Di DPR, mayoritas penghuni Senayan berasal dari usia relatif muda, yaitu 40–50 tahun. Sayangnya, Tidak ada satu pun parpol yang mengusung tokoh muda sebagai capres. Tokoh-tokoh muda kalah pamor dari seniorseniornya. Seberapa besar peluang politisi muda untuk menjadi pemimpin bangsa? Jika melihat peta politik nasional, peluang tokoh muda dalam Pilpres 2014 cukup besar.

    Dua figur sentral yang selalu mendominasi kepemimpinan nasional selama delapan tahun terakhir, SBY dan Megawati, hampir dapat dipastikan tidak akan mencalonkan diri. SBY sudah menjabat sebagai presiden dua periode, sedangkan Megawati yang kalah di dua pilpres sudah berusia senja. Pada pembukaan rapat koordinasi Hipmi di kawasan SCBD Jakarta Juni 2011 lalu, Presiden SBY telah mengisyaratkan bahwa dirinya dan keluarganya tidak akan maju dalam Pilpres 2014.

    Pernyataan itu merespons isu yang muncul di publik bahwa Ibu Negara Ani Yudhoyono disebut akan maju sebagai capres pada 2014. Sinyal yang sama juga ditunjukkan Ketua Dewan Pertimbangan PDIP Taufiq Kiemas yang mengatakan bahwa Megawati sebaiknya tidak mencalonkan lagi. ”Megawati sudah 68 tahun (pada 2014), sudah waktunya kaderisasi,” ujar Taufiq beberapa waktu lalu.

    Dengan demikian, peluang tokoh muda untuk muncul sebagai pemimpin alternatif sangat terbuka lebar. Karena itu, sudah saatnya pemimpin muda bersaing di pentas kepemimpinan nasional, bahkan menjadi pemenang pada Pilpres 2014. Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan mengatakan, pentas Pemilu 2014 bisa diambil sebagai kesempatan emas bagi para pemimpin muda untuk menduduki tampuk kepemimpinan nasional.

    “Perjalanan reformasi sudah cukup panjang dan kita sudah melewati empat pemilu. Dari perjalanan itu, para figur muda sudah mendapat banyak pengalaman dan banyak pelajaran sehingga 2014 adalah saatnya para pemuda tampil di depan,” ujarnya. Anies menambahkan, banyak pos kepemimpinan yang bisa diisi para tokoh dan pemimpin muda potensial di negeri ini.

    Kualifikasi kepemimpinan dan daya saing pemuda sangat dibutuhkan untuk menduduki kursi-kursi strategis nasional,termasuk di instansi pemerintahan. “Sekarang kepemimpinan pemuda itu dibutuhkan dan karena itu porsi figur muda dalam pembangunan bangsa ke depan akan semakin banyak. Para figur muda itu kansangat dinamis, memiliki karakter serta kemampuan berkompetisi.

    Keunggulan pemuda ini akan menjadi modal utama dalam pembangunan Indonesia ke depan,” ucapnya. Anies menjelaskan,sejak dibukanya keran demokrasi melalui Reformasi 1998,para pemimpin muda sebenarnya sudah menancapkan kiprahnya di berbagai bidang. Kondisi ini akan menciptakan persaingan sehat dan positif, tidak hanya antara politikus muda dan tua,tapi juga kompetisi antarsesama politisi muda.

    “Kondisi ini tentu sangat sehat bagi kemajuan bangsa Indonesia,” terangnya. Pengamat politik dari Indo Barometer M Qodari menilai animo publik terhadap pemimpin muda masih terbentur pada realitas politik. Menurut dia, realitas politiknya selalu didominasi tokoh-tokoh senior.“ Padahal masyarakat pemilih yang dari kalangan muda itu sangat signifikan. Tapi kenapa itu tidak diikuti oleh munculnya pemimpin muda,” ujarnya.

    Dia memprediksi realitas seperti itu masih akan terjadi di Pilpres 2014.Menurut beberapa survei,jelas dia, nama-nama tokoh muda pimpinan parpol yang umurnya di bawah 50 tahun itu seperti Muhaimin Iskandar, Lutfi Hasan Ishaaq, Anas Urbaningrum, Puan Maharani, dan Sri Mulyani ternyata belum muncul dan tidak mendapat dukungan signifikan.“ Apalagi, beberapa di antaranya disebut-sebut tersangkut kasus korupsi.

    Maka sulit bagi mereka untuk tampil pada 2014,”jelasnya. Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto mengatakan,para calon pemimpin dari kalangan pemuda harus memiliki kompetensi dan berani melawan pragmatisme politik. “Keberanian dan idealisme itu baru bisa terwujud jika ada kompetensi dari calon pemimpin muda.

    Sebab yang akan mereka kembangkan adalah karya nyata berdasarkan kompetensi yang dimiliki,” ujar Bima kepada SINDO. Bima menjelaskan, pemimpin muda tak bisa hanya mengandalkan retorika,sedangkan dalam praktik nyata mereka justru alpa.“ Jika punya kompetensi, saya yakin pemimpin muda akan tahan ujian. Sebab ujian terbesar yang harus dilawan adalah korupsi dan pragmatisme,” ujarnya.

    Lebih jauh dia menjelaskan, politisi muda bisa bersaing bukan dengan senjata retorika ataupun hanya berdasarkan semangat juang. Lebih dari itu,para pemimpin muda dituntut mampu menunjukkan integritas, kapasitas, sekaligus rekam jejak mereka.“ Artinya harus ada prestasi dan kiprah yang menunjukkan bahwa pemuda itu mampu.Jadi sangat terbuka lebar pintu bagi para pemimpin muda untuk bersaing di pentas atas politik nasional,” terangnya.

    Agen Perubahan

    Tampilnya banyak calon pemimpin muda memberikan energi positif karena dinilai lebih mampu membawa perubahan bagi negeri ini.Tak salah apabila kaum muda dikatakan sebagai agen perubahan sosial.Berkaca pada sejarah,setiap tonggak kebangkitan nasional selalu dimotori kaum muda, misalnya Boedi Oetomo 1908, Sumpah Pemuda 1928,dan masa pergerakan dan revolusi 1945-1949.Dinamika perubahan politik tahun 1965,1974 dan 1998 juga dimotori pemuda.

    Di setiap lintasan sejarah itu muncul tokoh-tokoh muda yang menjadi pemimpin di masanya. Bung Karno,Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan Tan Malaka adalah sedikit di antara banyak nama yang berperan penting dalam pembentukan negara-bangsa Indonesia.Tidak hanya itu, pemikiran, gagasan, dan tindakan mereka tidak terbatas di lingkup politik dalam pengertian sempit, tapi juga bergulat dalam ide-ide kebangsaan.

    Merekalah peletak dasar-dasar kebangsaan Indonesia. Bung Karno mendirikan Partai Nasional Indonesia pada usia 26tahun,dan berhasil menjadi presiden RI pertama di usia 44 tahun. Gagasan besarnya tentang Pancasila menjadi perekat bangsa dan tidak pernah pudar setelah lebih dari 60 tahun. Bung Hatta pada usia 19 tahun sudah bertolak ke Belanda untuk belajar ekonomi,dan akhirnya menjadi wakil presiden RI pertama di usia 43 tahun.

    Di sela-sela studinya Hatta memimpin organisasi Perhimpunan Indonesia dari Belanda, dan memperkenalkan nama ”Indonesia”- nama yang sangat tabu bagi pemerintah Kolonial Belanda- di forumforum dan acara liga bangsa internasional. Sjahrir menjadi perdana menteri pertama pada usia 36 tahun.

    Tan Malaka berpidato di Moskow sebagai pemimpin forum Komintern IV, sebuah perserikatan buruh dari seluruh penjuru dunia,pada usia kurang dari 30 tahun. Luar biasa, sebab apa yang diraih para founding father di atas tidak diperoleh secara instan, bahkan sebagian waktunya dihabiskan di tanah pengasingan.  

      
  • Kualitas SDM Indonesia Menghadapi Tantangan

    MENYAMBUT INDONESIA 2012
    Kualitas SDM Indonesia Menghadapi Tantangan
    Sumber : SINDO, 19 Desember 2011
    Laju perekonomian Indonesia sejak beberapa tahun menunjukkan prestasi membanggakan. Bahkan salah satu negara Asia yang cepat pulih dari krisis Asia tahun 1997 dan lolos dari krisis finansial Amerika Serikat tahun 2008 lalu.

    Indonesia juga berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi 6,5% tahun ini ketika negara-negara ASEAN lainnya justru merevisi ke bawah pertumbuhan ekonominya. Namun,di balik capaian positif tersebut,secara sosial Indonesia masih belum mengimbangi capaian di bidang ekonomi.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur dari dimensi pendidikan,kesehatan dan pendapatan masih menunjukkan stagnasi.

    Berdasarkan laporan Human Development Report 2011 (UNDP),Indonesia berada di peringkat 124 dengan skor 0,617 dan tergolong sebagai negara berkembang dengan tingkat IPM medium (medium human development). Penghitungan IPM UNDP mengacu pada empat indikator utama yaitu angka harapan hidup (life expectancy), tingkat partisipasi sekolah (school enrolment), dan pendapatan per kapita.

    Acuan yang digunakan UNDP berlaku universal dengan asumsi bahwa indikator-indikator tersebut merupakan kebutuhan dasar (basic needs) manusia yang harus dipenuhi. Di banding dengan negaranegara tetangga,Indonesia harus mengakui bahwa kualitas SDM Indonesia masih kalah. Peringkat IPM Indonesia lebih rendah dari Malaysia dan Thailand yang masing-masing berada di ranking 61 dan 103.

    Indonesia bahkan masih kalah tipis dibanding Filipina (112), apalagi dibanding Singapura (26). Posisi Indonesia hanya sedikit lebih baik dibanding Laos atau Kamboja.Hal tersebut jelas membuat miris.Dengan peringkat tersebut,Indonesia gagal naik kelas dari negara berkembang (developing country) ke negara maju (high developed country).

    Peringkat IPM Indonesia yang masih rendah menunjukkan pemerintah belum optimal meningkatkan kualitas manusia. IPM sangat terkait dengan dimensi pendidikan, kesehatan,dan pendapatan masyarakat.Dapat dikatakan, program-program pemerintah pusat dan daerah seperti pendidikan dan kesehatan gratis,serta peningkatan daya beli belum dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat.

    Dari aspek pendidikan, tingkat partisipasi sekolah dan angka melek huruf menunjukkan kecenderungan positif setiap tahun. Menurut data BPS (2009),hampir sebagian besar anak-anak usia 7-12 tahun pernah mengenyam pendidikan dasar, atau di atas 96% setiap tahun. Hal yang sama juga dialami sebagian besar anakanak berusia 13-15 tahun di mana 84% di antara mereka pernah menduduki bangku SMP.

    Tetapi, hal serupa tidak terjadi pada remaja usia 16-18 tahun.Tidak semua golongan ini mampu melanjutkan partisipasi pendidikan ke jenjang SMA,terlebih ke perguruan tinggi.Tercatat,hanya lebih dari separuh remaja usia 16-18 yang melanjutkan ke jenjang SMA (54%). Berdasarkan laporan UNDP, rata-rata lama sekolah manusia Indonesia adalah 6 tahun, sedangkan di Filipina dan Malaysia 9 tahun.Persoalan ini harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah yang saat ini gencar mendengungkan program pendidikan dasar 12 tahun.

    Dari aspek kesehatan,harus diakui bahwa aksesabilitas masyarakat terhadap lembaga kesehatan cenderung meningkat. Hal ini kemudian berpengaruh terhadap naiknya angka harapan hidup manusia Indonesia dari 68 tahun ke 69 tahun. Namun, angka itu masih di bawah rata-rata angka harapan hidup ASEAN yakni 71 tahun.

    Hal ini disebabkan masih terdapat keluhan mengenai mahalnya biaya kesehatan dan adanya kesenjangan fasilitas dan tenaga medis antara daerah satu dengan lain, terutama di daerah terpencil. Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga masih tinggi, masing-masing 228 kematian per 100.000 ibu melahirkan dan AKB 34 kematian per 1.000 bayi.

    Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional- /Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana mengakui, pertumbuhan ekonomi penting untuk meningkatkan Gross National Incomeyang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat. ”Pendapatan merupakan komponen IPM sehingga kita jaga bagaimana agar ekonomi terus tumbuh dan juga tumbuh secara merata,” kata Armida.

    Namun, menurut Armida, untuk mendapatkan dampak positif dari berbagai program pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan itu sendiri membutuhkan waktu. ”Efek positifnya mungkin baru terasa lima tahun ke depan,” ungkapnya. Dia menyontohkan, misalnya lama sekolah saat ini sudah ada yang 13 tahun. Maka, setelah dana BOS bergulir diharapkan lima tahun lagi masa sekolah bisa lebih lama.  ● (m azhar/ dyah ayu Pamela)

  • Senjakala Tuinstad Menteng

    Senjakala Tuinstad Menteng
    J.J. Rizal, PENELITI SEJARAH
    Sumber : KORAN TEMPO, 19 Desember 2011
    Kalau ada yang bilang “a city without old building is like people without remembrance,” berani sumpah, itulah Jakarta.
    Bagaimana tidak kalau saben-saben terdengar ada saja bangunan bersejarah yang dilenyapkan. Belum tiga bulan setelah satu gedung tua di Cikini yang berkaitan erat dengan sejarah proklamasi dihancurkan, sudah santer lagi penghancuran salah satu bangunan khas Menteng dari 1930-an yang sohor dengan sebutan “rumah cantik”.
    Bangunan-bangunan tua di Jakarta bukan tanpa payung hukum sebagai warisan sejarah. Ada rupa-rupa peraturan. Sebut saja mulai Monument Ordonantie 1931 sampai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya. Bahkan untuk kawasan Menteng diperkuat lagi dengan Keputusan Gubernur
    Kepala Daerah DKI Jakarta Nomor D.IV-6098/d/33/1975, yang disempurnakan
    lagi melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1999 tentang pelestarian dan pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya. Tapi semua tinggal di atas kertas.
    Menteng is lost,” begitu kata Adolf Heuken sebagai kronikus Jakarta, yang lama tinggal di Menteng, pada 2001. Heuken melihat budaya korup Pemerintah Kota DKI Jakarta membuat orang kaya baru dan kaum menak politik bersama arsitek-arsitek dekaden leluasa merajalela bikin bopeng wajah historis Menteng sebagai
    tuinstad atau kota taman. Para antikuarian hitam ikut ambil untung dengan jadi penadah (kalau perlu mencuri) bagian-bagian antik rumah-rumah lama Menteng yang mulai dirobohkan atau sengaja diabaikan sampai waktunya dibangun istana-istana kaum aristokrasi uang dan menak politik.
    Adalah benar Menteng digagas para arsitek terdidik pada awal abad ke-20 sebagai permukiman modern pertama di Hindia Belanda.Tapi keterlibatan P.A.J. Moojen (1879-1955) sebagai arsitek yang juga anggota Gemeenteraad atau Dewan Kotapraja Batavia membuat Menteng mengarah pada permukiman modern yang bukan hanya arsitekturnya ramah pada budaya lokal, tapi juga bagaimana menempatkan suasana tropis berlingkungan hijau sebagai nilai terpenting.
    Moojen sebagai anggota Commissie van toesich op het beheer van het Land Menteng, yang ditugasi merencanakan dan membangun Nieuw Gondangdia
    —nama awal Menteng —sebagai tuinstad atau kota taman di atas tanah seluas
    500 hektare. Untuk mengembangkan Nieuw Gondangdia pada 1912, Moojen
    mendirikan dan menjadi Direktur NV de Bouwploeg. Moojen mendirikan bangunan kantor yang dirancangnya sangat manis untuk tempat bekerja para arsitek membantu mengembangkan pemikiran tentang tuinstad Menteng sebagai
    terusan suasana Weltevreden atau sekitar Gambir yang sangat dipengaruhi kota
    khas Jawa.
    Tidak jauh dari kantor de Bouwploeg, yang sejak 1985 sampai sekarang dipakai sebagai Masjid Cut Meutiah, Moojen juga membangun Bataviasche unstkringgebouw. Gedung inilah yang pada masa Orde Baru sohor sebagai gedung Imigrasi dan pada 1997 ditukar-guling dengan tanah-rumah di Kemayoran untuk dijadikan Museum Ibu Tien Soeharto. Lantas, bersama jatuhnya Soeharto, niat itu pun lenyap dan terdengarlah sayembara serta pelaksanaan pemugaran Kunstkringgebouw oleh pemerintah DKI Jakarta. Saat itu banyak harapan bahwa karakter historis Kunstkringgebouw sebagai tempat pameran seni dan temu intelektual akan dihidupkan kembali. Tapi, ironis, setelah
    selesai, malah dijadikan Buddha Bar. Kabarnya itu bisa terjadi karena keterlibatan putri dua menak politik.
    Protes pun terjadi, tapi bukan pada ketersinggungan betapa telah terjadi pelecehan atas warisan sekaligus identitas sejarah Jakarta, melainkan pada perasaan keterlanggaran salah satu agama. Lantas Buddha Bar pun berganti nama menjadi Bistro Boulevard. Pencantuman nama “boulevard” memang mengingatkan pada gedung Kunstkringgebouw itu, yang dirancang Moojen terletak pada ujung boulevard utama daerah Nieuw Gondangdia.Tapi, ironisnya,
    juga melupakan nilai historis Kunstkringgebouw, yang jelas-jelas merupakan bangunan bersejarah yang dianggap sebagai karya pembuka arsitektur modern Indonesia.
    “Moojen adalah pelopor gaya indische bouwstijl, yang baru dan dengan itu menduduki tempat sebagai arsitek sungguhan pertama di Hindia Belanda,”
    begitu H.P. Berlage sebagai mahaguru arsitek paling masyhur dan berpengaruh di Belanda memuji Moojen. Bahkan, ketika pada 1923, Berlage berkunjung ke Batavia, kesannya tentang cap Moojen di Menteng semakin positif.“ Gaya
    bangunan vila modern dengan iklim tropis memberi kesan baik,” Berlage menegaskan. Pada 1918, Moojen memang sudah meninggalkan pengerjaan
    Menteng kepada sederetan nama arsitek baru, seperti F.J.Kubatz, F.J.L. Ghijsels, J.F. van Haytema, dan H. van Essen, tapi konsepnya terus direalisasi.
    Ketika kuasa militeristik Jepang datang pada 1942, Menteng sudah menjelma menjadi tuinstad alias kota taman dengan kekayaan arsitekturnya yang sohor punya wajah khas tiada duanya di Asia. Bahkan, setelah Indonesia merdeka dan Jakarta resmi menjadi ibu kota, saat semangat anti-Belanda menguat dalam bentuk penghancuran yang berbau kolonial, Sukarno malah meminta Menteng dipertahankan. Kaveling-kaveling di Menteng yang masih kosong pun diisi dalam gaya pra-Perang Dunia II oleh arsitek Han Groenewegen.
    Tapi, bersama dijatuhkannya Sukarno dan bangkitnya Soeharto, pelan-pelan Menteng sebagai city planning pertama Ibu Kota Jakarta mulai digerogoti oleh kaum aristokrasi uang yang sohor disebut orang kaya baru dan menak politik penderita hongerodeem atau busung lapar sejarah. Mereka tidak mengerti old is gold, tapi old is odd. Dalam konteks Menteng, sama sekali tiada pemahaman  saving the past for our future, karena mereka lebih melihatnya sebagai investasi politik di masa depan yang menjanjikan jika dapat berada di lingkaran terdekat kekuasaan Orde Baru.
    Saat itu “Prabu”Soeharto sebagai penguasa Orde Baru memang tengah membangun “keraton”di Jalan Cendana dan segera saja para abdinya berlomba-lomba memasuki kawasan negara gung Menteng. Apalagi pada 1970-an itu juga ada oil boom, yang membuat para elite mandi uang. Maka bukan hanya para elite kekuasaan, tapi orang kaya baru pun berbondong-bondong memasuki kawasan Menteng. Sejak itulah apa yang diceritakan Firman Lubis sebagai Anak Menteng dalam sebuah kenang-kenangannya, Jakarta 1960-an, bahwa daerah mainnya itu masih relatif bersih dan sepi, mulai berganti dengan keriuhan lalu lintas.
    Firman terutama menekankan bagaimana jejak Menteng sebagai tuinstad dengan rumah ramah lingkungan pelan-pelan menghilang. Banyak rumah peninggalan zaman kolonial dirombak, direnovasi, bahkan dihancurkan diganti dengan rumah-rumah berarsitektur “aneh-aneh”dan norak. Tindakan ini menandai era baru Menteng yang mulai dikuasai orang kaya baru dan para menak politik baru yang kaya tapi berselera rendah, juga arogan karena rumahnya dibangun tanpa meninggalkan secuil tanah pun untuk pekarangan.
    Hilang pula ikon-ikon penting Menteng, seperti toko Li, Oranje Nassau Apotheek,
    Lapangan Voetbalbond Indische Omstreken, dan gedung apartemen unik di ujung Jalan Sutan Sjahrir yang sangat penting untuk sejarah arsitektur. Menjamur pembangunan gedung modern yang terlalu tinggi dan besar di Menteng dan sekitarnya.
    Menteng dalam masa senjakala. Is Menteng lost? Ya, jika pemerintah dan warga Jakarta diam tanpa kepedulian dan keterlibatan menolak kota taman, tuinstad Menteng yang historis sebagai identitas diubah menjadi dierentuin alias kebun binatang utama tempat para binatang politik dan binatang ekonomi mempertontonkan peradaban rendah mereka.